JALAN MENUJU KETENANGAN
DAN KEBERSIHAN BATIN

Judul Asli : Buddhis Meditation
Oleh Piyadassi Thera

Bersabdalah Sang Buddha Gotama


“Kini saya katakan, Nigrodha, tidak mengharapkan untuk memperoleh murid, tidak mengharapkan kamu untuk gagal dalam mempelajari pengetahuan agama, tidak mengharapkan kamu untuk menghentikan cara dan laku hidupmu yang telah biasa kamu lakukan, tidak memaksakan padamu untuk menerima sesuatu sebagai tidak baik dan tidak sempurna sebagai kamu atau gurumu memandangnya, atau menganjurkan padamu untuk meninggalkan sesuatu yang engkau anggap baik dan juga dianggap baik oleh gurumu. TIDAK DEMIKIAN.

“Namun, Nigrodha, ada beberapa hal yang tidak baik, jahat, yang tidak disingkirkan (dilenyapkan), segala sesuatu yang bersangkutan dengan kekotoran batin. Untuk melenyapkan ini semua, maka aku mengajarkan Dhamma; berlakulah hidup sesuai dengan Dhamma, maka segala sesuatu yang bersangkut paut dengan kekotoran (batin) akan dapat dilenyapkan, dan sesuatu yang baik dapat dikembangkan, dan siapapun, baik kini maupun kelak, mampu mencapai dan menghayati dengan penuh kebijaksanaan.”

(Udumbarika-sihanada Sutta, D.N., 25)



MEDITASI BUDDHIS

Jalan Menuju Ketenangan dan Kebersihan Batin.

Dua ribu lima ratus tahun yang lampau, seorang putra mahkota pada usia dua puluh sembilan tahun, saat seseorang berada di puncak kegemilangan hidup, telah meninggalkan tahta yang penuh dengan kemegahan dan kekuasaan dan pergi menyendiri ke hutan menjauhi keduniawian mencari obat untuk mengatasi penyakit kehidupan, mencari jalan keluar dari belenggu ketidakpastian untuk mencapai Nibbana.

Di bawah bimbingan para ahli meditasi pada zaman itu, beliau mencari dengan harapan bahwa mereka dapat menunjukkan jalan ke arah pembebasan dan kebijaksanaan; beliau melatih konsentrasi, pemusatan perhatian (samatha atau samadhi) dan telah mencapai tingkat-tingkat tertinggi dari latihan-latihan tersebut. Namun beliau merasa tak puas dengan semua itu karena tidak menghasilkan Penerangan Agung. Pengetahuan dan kemampuan guru beliau cenderung pada mistik dan karenanya tidak memuaskannya untuk mencari apa yang masih belum diketahuinya.

Menjadi kepercayaan di India pada zaman itu, terutama di kalangan para ahli kebatinan (ascetic), bahwa penyucian batin dan kebebasan akhir batin dapat diperoleh dengan melatih diri secara keras, kalau perlu dengan menyiksa diri. Beliau memutuskan untuk membuktikan kebenarannya. Beliau mulai berjuang untuk melatih jasmaninya dengan harapan, agar batinnya dapat mengatasi jasmaninya dan mampu membebaskan dirinya. Dengan amat tekun dan rajin beliau berlatih. Beliau hanya hidup dengan makan dedaunan, akar-akar pohon kemudian mengurangi jumlah makanan sehingga amat minim, pakaiannya sangat bersahaja yang dihimpunnya dari sampah buangan dan tidur di antara bangkai atau di atas duri. Kekurangan makan dan minuman membuat jasmani beliau sangat lemah.

Selama enam tahun lamanya beliau berjuang sedemikian kerasnya hingga hampir mendekati pintu ajal, namun tujuan tetap tak tercapai. Cara menyiksa diri jelas baginya tidak berarti melalui pengalamannya sendiri. Percobaan dengan cara seperti itu ternyata gagal. Namun beliau tidak putus asa. Dengan pikiran yang kuat dan kemauan yang membara, beliau mencari jalan lain untuk mencapai tujuan. Beliau berhenti menyiksa diri dan berpuasa yang ekstrim itu dan kembali makan minum seperti biasa. Jasmani beliau yang telah lemah dan kurus itu kembali pada keadaan sehat seperti dulu. Beliau kini menyadari bahwa Jalan ke arah keberhasilan yang diidamkannya terletak pada penyelidikan ke dalam yaitu akan kemurnian batin sendiri, tanpa bantuan guru, beliau memutuskan untuk bertapa menyendiri untuk mencapai tujuan akhir.

Dengan bersila di bawah pohon yang kemudian terkenal sebagai pohon Bodhi atau pohon Penerangan Sempurna, di tepi sungai Neranjara, di Gaya (kini dikenal dengan sebutan Buddhagaya) suatu tempat yang sejuk dan mendorong kemantapan batin dan dengan tekad yang membaja : ‘Sekalipun badanku tinggal kulit dan tulang serta darahku mengering, aku takkan meninggalkan tempat ini sebelum mencapai Penerangan Sempurna’. Begitu mantap usahanya, begitu kuat pengabdiannya, begitu keras tekadnya dalam mencapai kebenaran dan memperoleh Kebijaksanaan Tertinggi.

Dengan akhir pandangan seperti itu, beliau menyelusuri kedalaman batinnya untuk mencari cara meditasi yang dapat memberi ketenangan mutlak, penerangan dan kebebasan. Dengan cara Ana-apana-sati, beliau mencapai dan memasuki Jhana pertama (hasil kedalaman meditasi yang disebut juga Dhyana – Sankrt, suatu istilah yang sulit diterjemahkan). Secara bertahap beliau mencapai dan memasuki Jhana kedua, ketiga dan keempat. Dengan demikian beliau mempersiapkan diri membersihkan kekotoran batin yang masih melekat dan mampu mengembangkan Pandangan Terang (Vipassana bhavana), Pandangan Benar dan Kebijaksanaan Mutlak, yang membuat orang mampu memandang sesuatu sebagaimana adanya dengan mengetahui ketiga corak umum (Tilakkhana) atau tiga sifat dari apa saja yang saling terkait yaitu anicca, dukkha dan anatta. Dengan Pandangan Terang ini, dengan penembusan yang bijaksana beliau mampu memahami dan mengetahui semua kesempurnaannya, yaitu yang disebut sebagai Empat Kesunyataan Mulia tentang penderitaan, sebab musababnya, lenyapnya dan cara mengakhiri.

Dengan mengetahui kesunyataan tersebut maka batinNya terbebas dari segala akar atau ikatan kenikmatan indriya (kama-asava), kotoran batin kehidupan (bhava–asava), kegelapan batin (avijja–asava). Sewaktu batin terbebas dari mereka, segeralah tumbuh pengetahuan dan pengertian : ‘Pandangan Benar timbul padaku, tak tergoyahkan kebebasan batinku. Inilah kelahiranku yang terakhir, tiada kelahiran lagi untuk selanjutnya bagiku, tak ada hasrat untuk menjadi’.

Pangeran India ini dengan pribadi dinamis, tidak lain adalah Sakyamuni Siddharta Gautama (Siddhattha Gotama), Sang Buddha.

Waktu telah berlalu dan Sang Buddha tampaknya tidak pergi jauh dari kita. Sabda Sang Buddha masih berkumandang di telinga kita dan mengatakan, agar kita jangan lari dari perjuangan namun harus tenang menghadapinya, dengan memandang bahwa justru kehidupan ini memberi kesempatan bagi kita untuk berkembang dan maju. Kepribadian masih berarti sejak dulu hingga kini, dan seseorang yang memikirkan kemanusiaan seperti Sang Buddha yang bahkan hingga saat ini masih terasa hidup dan membangkitkan semangat, pastilah orang yang menakjubkan.

‘Pesan Sang Buddha diucapkan beribu-ribu tahun yang lalu namun selalu baru dan asli bagi mereka yang melatih diri dalam kerohanian, menyentuh pandangan kaum intelek dan meresap ke lubuk hati masyarakat’.

DUNIA YANG SEDANG BERUBAH

Meditasi Buddhis merupakan inti dari Ajaran Sang Buddha. Karena subjek ini amat padat, saya mengusulkan untuk membicarakan beberapa segi saja, khususnya yang bertalian dengan Satipatthana, yaitu cara pengembangan perhatian terpusat atau terarah.

Di zaman sekarang, bukan zaman setengah abad yang silam, pendapat tentang kebaikan dan kejahatan berubah-ubah dengan cepat, usaha kearah perkembangan akhlak dan yang tidak baik berbeda-beda; begitu juga cara pendekatan dan pandangan umum tentang manusia serta benda juga amat berbeda-beda.

Kita hidup di zaman serba tergesa-gesa dan menuntut kecepatan. Dimana-mana ada ketegangan. Jika anda berdiri di ujung jalan dan memandang pada muka mereka yang sedang lewat maka terlihat bahwa mereka semua dihinggapi demam ketergesaan. Sebagian besar mereka sedang gelisah. Mereka mengantungi ketegangan. Hampir semuanya menggambarkan ketergesaan di wajah mereka. Seperti itulah kehidupan dunia modern.

Dunia sekarang ditandai dengan kesibukan dan ketergesaan yang menghasilkan keputusan cepat dan kelakuan yang tak bijak. Mereka berteriak di saat mereka dapat bicara secara biasa dan yang lain bicara disertai ketegangan dan tekanan yang berlebihan untuk waktu yang lama dan mengakhiri segala ucapannya dengan kelelahan yang menghabiskan tenaga. Semua ketegangan merupakan tekanan dalam pandangan kejiwaan, dan ketegangan mempercepat ausnya proses jasmani. Tak jarang tampak seorang pengendara sepeda dengan cepat melarikan sepedanya begitu melihat lampu persimpangan berwarna hijau. Orang yang gelisah memandang suatu persoalan bahkan yang kecil seperti suatu krisis sebagai suatu ancaman. Sebagai akibatnya ia tidak bahagia dan tidak tenang.

Segi lain dari kehidupan modern ini adalah terlalu bising. “Musik mengandung kelembutan”, kata mereka, namun dewasa ini bahkan musik yang lembut tak lagi disenangi karena kurang bising; bertambah bising dan nyaring musiknya maka bertambah disukai. Bagi orang yang hidup di kota besar takkan punya waktu untuk menilai kebisingan karena sudah terbiasa. Suara, tekanan yang ditimbulkan, banyak membuat kerugian berupa penyakit jantung, kanker, bisul, gangguan syaraf, dan sulit tidur. Sebagian besar penyakit kita disebabkan oleh keadaan batin, ketegangan yang dibawa serta kehidupan modern, kegelisahan ekonomi dan ketidaktenangan batin.

Kelesuan syaraf pada manusia semakin meningkat dengan cara hidup yang selalu tegang. Acapkali orang pulang dari pekerjaan dengan menunjukkan tanda kehabisan tenaga karena gelisah. Konsekuensinya adalah daya konsentrasi semakin menurun dan efektivitas kerja jasmaniah dan batin merosot. Orang cepat marah dan suka mencari kesalahan orang lain. Ia menjadi pemurung dan egois serta menderita tekanan darah tinggi dan susah tidur. Gejala kelesuan menunjukkan bahwa orang modern memerlukan istirahat yang cukup secara batin maupun jasmani.

Perlu diperhatikan bahwa menjauhkan diri secara tertentu, yakni penarikan batin dan pikiran dari keruwetan hidup amat perlu bagi kesehatan batin. Di manapun dan kapanpun ada kesempatan, pergilah keluar kota dan libatkan dirimu untuk menyendiri dan merenung, katakanlah sebagai yoga yaitu konsentrasi atau meditasi. Belajarlah merasakan keheningan yang amat berguna dan membawa kebaikan bagi kita. Salah sama sekali untuk berpendapat bahwa hanya yang suka keributan dan kesibukan yang mempunyai kemampuan. Diam itu emas, dan kita baru berbicara jika mampu meningkatkan keadaan diam. Memperhatikan keheningan amatlah penting. Daya kreatif dan agung bekerja dalam hening. Dan kita lakukan keheningan ini dalam latihan meditasi kita. Sang Buddha bersabda :

“Oh para bhikkhu, jika kalian sedang berkumpul, ada dua hal yang harus dilakukan, berbincang-bincang tentang Dhamma atau mengamati keheningan nan agung”.

NILAI DARI MENYENDIRI

Manusia terbiasa dengan keributan dan berbicara dan mereka merasa kesepian jika tidak berbicara dan dikucilkan. Namun jika kita melatih diri dalam seni berdiam diri, maka pasti kita akan menyenanginya. Pisahkanlah dan jauhkanlah dirimu dari kebisingan dan ketergesaan dan ingatlah bahwa ada kedamaian dalam kesunyian. Sekali waktu kita harus menjauhi kesibukan agar mendapatkan keheningan. Ini merupakan suatu keadaan damai dan tenang di saat menyendiri, kita akan mengalami hakekat yang berguna dari ‘mengheningkan cipta’. Kita melakukan perjalanan ke dalam diri kita. Jika kita memasuki keadaan diam maka kita samasekali sendirian untuk mampu memeriksa diri kita sendiri dan mampu melihat diri sendiri sebagaimana adanya, kemudian kita mampu mengatasi kelemahan diri dan keterbatasan kemampuan diri dalam pengalaman yang sederhana.

Waktu yang dipakai untuk menyendiri sesungguhnya bukan suatu pemborosan, malahan membentuk pribadi kuat. Yang ini merupakan suatu simpanan yang berharga kelak bagi pekerjaan kita sehari-hari dan kemajuannya, jika kita setiap hari mampu menyediakan waktu untuk menyendiri dan melakukan perenungan di keheningan. Sesungguhnya hal ini sama sekali bukan pelarian atau hidup berkhayal, namun cara terbaik untuk menguatkan pikiran dan menumbuhkan sifat-sifat baik pada pikiran/batin. Dengan menyelami pikiran sendiri serta perasaan yang timbul maka orang dapat mengetahui arti dan guna sesuatu dengan sebenarnya dan menemukan kekuatan yang terletak dalam diri.

Manusia modern mencari kebahagiaan di luar dirinya yang seharusnya dicari di dalam dirinya sendiri. Ia menjadi Ekstrovert. Kebahagiaan tidak terletak di luar dirinya. Peradaban modern bukan merupakan suatu berkah yang tidak campur aduk. Nampaknya manusia membawa dunia luar ke dalam kekuasaannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi seakan menjanjikan kesanggupannya membuat dunia menjadi suatu surga. Kini di mana-mana orang sibuk tanpa henti berusaha di dalam memperbaiki dunia. Para ahli mengejar metode dan hasil percobaannya tanpa rasa jemu dan penuh keyakinan. Usaha dan perjuangan manusia untuk dapat mengungkap rahasia alam berlangsung terus. Penemuan baru dan metode komunikasi serta hubungan memberikan hasil yang mempesona. Semua perbaikan ini walaupun bermanfaat dan bersifat khusus di bidang materi dan untuk luar batin manusia. Sekalipun begitu, manusia tidak mampu mengendalikan pikirannya sendiri, ia tidak menjadi lebih baik dari ilmunya. Bagaimanapun di dalam gerak batin dan jasmani manusia nyatanya terdapat keanehan yang tidak mampu diungkapkan sekalipun para ahli ilmu pengetahuan telah menyibukkan dirinya selama bertahun-tahun.

Orang selalu mencari jalan keluar bagi berbagai persoalannya, namun selalu gagal, sebab metode dan pendekatannya keliru. Mereka mengira bahwa seluruh persoalan bisa diatasi dari segi luar. Sebagian besar problema sebenarnya berada di dalam. Ia timbul dari dunia di dalam, oleh sebab itu pemecahannya harus dicari ke dalam juga.

Kita dengar bahwa orang yang memperhatikan pencemaran lingkungan telah memperdengarkan keberatannya terhadap pencemaran udara, laut dan darat. Namun bagaimana dengan pencemaran batin kita? Sebagaimana Sang Buddha menunjukkan: ‘Sejak lama batin manusia dikotori oleh keserakahan, kebencian dan kebodohan batin. Kekotoran batin membuat manusia tidak suci, pembersihan batin membuat mereka suci’. Hidup secara Buddhis merupakan proses yang terus menerus dari pembersihan atas perbuatan, perkataan dan pikiran. Ini berupa usaha mengembangkan pemurnian diri sendiri di dalam menyucikan penyadaran diri. Penekanan ada pada hasil-hasil praktis dan bukan pada spekulasi kejiwaan atau analisa logika yang tidak nyata, oleh karena itulah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk berlatih meditasi sebentar yang bagaikan seekor induk ayam yang sedang mengerami telornya, sebab hampir seluruh waktu kita hanya dihabiskan bagai seekor tupai dalam kandang yang berputar terus.

Meditasi bukan merupakan pelaksanaan kemarin atau kini. Sejak dahulu kala orang telah melakukannya dengan berbagai cara; para yogi, orang suci dan pencari Penerangan Sempurna dari tiap zaman telah melakukannya dan telah memperoleh hasilnya dan mencapainya melalui meditasi. Tak pernah ada dan tak mungkin ada suatu pembentukan akhlak atau pembersihan batin tanpa melalui meditasi adalah jalan yang dipergunakan oleh Sang Buddha Sidharta Gotama untuk mencapai tingkat tertinggi dari Kebijaksanaan Mutlak.

Meditasi bukan hanya bagi India atau hanya untuk zaman Sang Buddha, namun untuk semua manusia pada situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Batas kesukuan, agama, batas waktu ataupun ruang tidaklah menjadi halangan untuk melakukan meditasi.

Semua agama mengajarkan semacam meditasi untuk mengembangkan batin manusia yang bisa berupa berdoa diam atau membaca sendirian atau bersama-sama Paritta atau doa tertentu atau berkonsentrasi pada suatu objek yang suci, baik objek orang ataupun ide. Dan diyakini bahwa latihan batin seperti itu kadangkala membuat orang mampu melihat bayangan orang suci atau sedang terlibat berbicara dengan mereka atau mendengar suara atau penampilan yang gaib. Apakah semua itu khayal, ilusi, halusinasi belaka atau sekedar proyeksi bawah sadar atau gejala yang sungguh tak dapat dikatakan dengan pasti. Batin merupakan kekuatan tersembunyi yang mampu menghasilkan gejala demikian.

Keadaan tak sadarkan diri sejauh ini dikembangkan oleh para yogi dan ahli mistik tertentu hingga menjadi sesuatu yang tidak baik dipandang. Namun mereka sendiri tidak merasakan apa-apa sama sekali. Kita telah menyaksikan orang dalam sikap meditasi yang terjatuh ke dalam keadaan koma dan tampaknya kehilangan daya pikir. Yang menyaksikan menjadi salah terka, jika berpendapat bahwa itu adalah suatu jenis meditasi (bhavana).

Kitab suci Buddhis memberi tahu bahwa dengan melalui kedalaman meditasi (Jhana atau dhyana), dengan mengembangkan kemampuan batin maka orang akan mampu memperkembangkan kekuatan batin. Namun amat penting untuk diingat, bahwa Jhana Buddhis sama sekali bukan suatu keadaan menghipnotis keadaan diri sendiri atau suatu keadaan penciptaan dengan koma (lupa diri). Jhana Buddhis merupakan keadaan batin yang bersih; gangguan berupa keinginan dan dorongan hati telah mereda hingga batin menyatu untuk selanjutnya memberi keadaan kesadaran dan perhatian yang sempurna.

Amat menarik untuk mengamati gejala demikian, para ahli penyelidik dan ahli jiwa dapat menerima dan membenarkannya. Perhatian terhadap pandangan bawah sadar (kemampuan atau daya serap indra keenam), pada terapan ilmu jiwa secara perlahan memperoleh dukungan dan hasil yang diperoleh di luar dari dugaan semula. Semuanya ini sebenarnya hanya berupa hasil sampingan yang tidak begitu berarti jika dibandingkan dengan kebebasan akhir seseorang yang terbebas dari segala nafsu dan ikatan duniawi dan akhirnya berhasil mencapai kebebasan mutlak.

Meditasi yang diajarkan di dalam Agama Buddha tidak bertujuan untuk menyatukan diri dengan mahluk super ataupun untuk memperoleh pengalaman mistik ataupun untuk menghipnotis diri sendiri. Tujuan meditasi adalah untuk mencapai ketenangan batin (samatha) dan Pandangan Terang (vipassana), dengan tujuan akhir satu-satunya untuk memperoleh keadaan batin yang tidak tergoyahkan (akuppa ceto vimutti), jaminan tertinggi untuk terbebas dari semua belenggu batin dengan mengikis habis semua kekotoran batin. Tidak semua orang mampu mencapai tingkatan yang tertinggi ini yang merupakan kebebasan total dari batin, namun segala kegagalan tidak berarti, asal kita tetap tekun dan bersungguh-sungguh serta bertekad baik. Mari kita usahakan dan jangan ragu-ragu. Cukup berharga untuk terus diusahakan. Pada suatu saat, walau tidak dalam kehidupan yang sekarang, jika tetap tekun maka akan mencapai tingkat yang tertinggi.

Sekalipun kita gagal mencapai tingkat kebijaksanaan yang tertinggi, kita akan tetap mendapatkan pahala dari usaha kita. Masyarakat yang bergerak cepat memerlukan meditasi walaupun sedikit untuk melenyapkan ketegangan dan tekanan serta untuk bertahan terhadap perubahan yang dibawa kehidupan. Dengan meditasi kita dapat mengatasi persoalan kita yang bersifat kejiwaan ataupun problema yang berkenaan dengan kejiwaan seperti kegelisahan, emosi dan dorongan hati; meditasi akan meningkatkan kedamaian dan ketenangan yang kita dambakan.

PENAKLUKAN DIRI DAN NARKOTIK

Sang Buddha bersabda: ‘Sekalipun seseorang menaklukan seribu lawan, namun bila ia mampu menundukan dirinya sendiri ia adalah orang besar’. Ini tidak lain adalah penaklukan diri sendiri. Ini berarti menguasai isi batin dan emosi yang kita sukai atau yang tidak kita sukai. Milton, seorang penyair, mengumandangkan kata-kata Sang Buddha sebagai berikut: ‘Penaklukan diri sendiri merupakan kerajaan terbesar yang dapat diperoleh seseorang dan sebaliknya, bila kita memperturutkan keinginan akan menjadi budak yang menyedihkan’.

Pengendalian batin sendiri adalah kunci kebahagiaan. Ini merupakan kekuatan di balik semua pencapaian. Setiap perbuatan yang tidak terkendali adalah sia-sia. Bila kita tidak mampu menguasai diri, maka berbagai konflik akan timbul di dalam batin. Jika semua konflik harus dikendalikan, jika tidak dihilangkan maka seseorang harus mengekang keinginan, kecenderungan dan usahanya untuk hidup terkendali dan murni. Tiap orang menyadari manfaat latihan jasmaniah. Walaupun demikian kita tidak hanya sekedar jasmani belaka, kita juga punya pikiran yang memerlukan latihan. Kebahagiaan tergantung padanya.

Dari segala kekuatan maka kekuatan pikiranlah yang paling hebat. Ia merupakan kekuatan sendiri. Untuk dapat mengerti sifat kehidupan sebenarnya, seseorang harus menyelidiki semua gerak batin yang terdalam, yang hanya dapat diselami dengan instropeksi mendalam berdasarkan kemurnian kelakuan dan meditasi.

Menyadari kenyataan ini, bertambah banyak orang dari dunia Barat yang mempelajari Dhamma, Ajaran Sang Buddha. Telah dicapai suatu kesepakatan di antara kaum terpelajar Barat bahwa Agama Buddha merupakan agama ilmu jiwa tertinggi, dan bahwa Agama Buddha paling mampu menyoroti dan menangani gerak yang rumit dari batin manusia dibanding dengan sistem pendekatan dan pandangan yang lain.

Pandangan Agama Buddha adalah batin atau keadaan kita itu merupakan pokok keberadaan kita. Semua pengalaman kejiwaan, seperti sedih dan senang, susah dan bahagia, baik dan buruk, hidup dan mati…… tidak disebabkan oleh sesuatu di luar diri. Semua ini merupakan hasil batin dan pikiran serta perbuatan kita sendiri. Akhir-akhir ini seseorang telah menyelidiki gejala-gejala yang bersifat kejiwaan, suatu penyelidikan yang nampaknya mengungkapkan kekuatan tersembunyi batin manusia. Dorongan dalam diri untuk mencari bimbingan batin, sedang meningkat. Ini merupakan pertanda yang baik.

Perhatian orang Barat terhadap cara berfikir ahli yoga dan pemeditasi India telah meningkat secara mengagetkan. Alasannya tidak perlu jauh untuk dicari. Nampaknya ada perasaan gelisah yang menumpuk pada manusia dimana-mana. Perasaan itu lebih tampak pada remaja. Mereka menghendaki jalan pintas yang cepat untuk mengatasi kekeruhan dalam dunia yang bersifat materi ini. Mereka mendambakan kedamaian dan ketenangan.

Problema remaja tidak dapat dipecahkan dengan cara dogmatis dari pelajaran agama bertahun-tahun. Pernyataan-pernyataan yang menyangkut batin (ke dalam diri) tetap tidak terjawab. Nilai yang dilekatkan pada aspek materi kehidupan amat dihargai oleh manusia modern tampaknya tidak mampu dan tidak berguna untuk menyelidiki batin. Problema kehidupan dunia Barat pada dasarnya bersifat kejiwaan. Nyatanya pengetahuan, ilmu dan kemampuan teknologi di bidang materi tidak mampu memberi jawaban bagi problema dunia dan manusia. Jenis pengetahuan begitu hanyalah melipatgandakan problema yang ada.

Remaja yang menjadi pecandu obat bius merasa yakin untuk menemukan jawaban atas frustrasi batin mereka, kini mengarahkan diri mereka pada latihan yoga dan meditasi. Jelaslah obat bius tidak mampu berbuat apapun dibanding dengan hasil meditasi yang dapat kita capai. Obat bius bukan merupakan pengganti meditasi yang benar di dalam mencari ketenangan batin dibanding menguatkannya.

Dunia telah dicengkram oleh gangguan baru berupa penyakit yang tidak tersembuhkan bagi mereka yang disentuhnya, bahkan mencelakakan mereka, serta keterjangkitan yang menjanjikan mimpi ke alam yang indah, menuju suatu kehidupan yang tanpa arti dan tujuan, suatu penyakit yang mengancam anak-anak kita atau dunia teknologi atau abad modern: obat bius. Berjuta-juta remaja telah dihinggapinya, beribu-ribu dari mereka tidak dapat diselamatkan dari kematian, ratusan ribu telah kecanduan dan hanya tergantung serta terperangkap pada obat-obatan seperti ‘hasis’ yang menyebabkan kerusakan otak dan berlanjut pada keruntuhan akhlak.

Terdapat bukti yang tidak dapat dibantah bahwa meditasi mampu merubah batin yang secara kejiwaan, pada gilirannya mempunyai efek sampingan yang berguna sekali. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menilai efek-efek ini.

Dr. Herbert Benson yang melakukan penyelidikan terhadap meditasi selama satu dasawarsa terutama sangat tertarik saat mengetahui bahwa faktor--faktor kejiwaan alamiah mampu mempengaruhi jantung, tekanan darah dan segi yang lain dari peredaran darah dan fungsinya. Pendapat dan penyelidikannya dibukukan dengan judul: ‘The Relaxation Response’.

Penyelidikan yang dilakukan dalam Universitas Havard, Cambridge, Amerika Serikat mengungkapkan bahwa ratusan remaja yang menelan L.S.D. dan mengisap ganja telah menghentikan semua itu setelah melakukan meditasi beberapa bulan.

MEDITASI DAN MISTIK

Meditasi pasti bukan pengasingan sukarela dari kehidupan, atau suatu usaha untuk hari depan (setelah mati). Meditasi harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan hasilnya didapatkan saat ini dan di sini juga. Ia tidak terpisah dari apa yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, ia merupakan bagian dari kehidupan kita. Kenyataan ini menjadi jelas jika kita mempelajari empat objek meditasi, atau penerapan dari Perhatian Benar (Satipatthana). Jika kita terbebas dari keributan kehidupan kota, bebas dari cengkraman kesibukan duniawi maka kita tak begitu kehilangan kontrol diri. Dan ini hanya mungkin bagi masyarakat yang berusaha untuk memeriksa kekeliruan seperti itu. Meditasi yang kita lakukan merupakan bantuan yang berarti agar kita mampu menghadapi semua ini dengan tabah. Dan jika kita mengabaikan meditasi maka hidup kehilangan arti, tujuan dan ilhamnya.

Ada suatu waktu di mana banyak orang berpendapat bahwa meditasi hanya bagi pertapa, para yogi dan penghuni hutan. Kini pendapat itu berubah. Dewasa ini tampak meningkat minat atas meditasi. Jika meditasi ini diartikan sebagai disiplin dan pembudayaan batin maka tak usah dikatakan lagi bahwa semua orang harus melaksanakannya, tanpa memandang jenis kelamin, bangsa, keturunan atau perbedaan yang lain.

Masyarakat modern dalam bahaya dilanda pesona dan godaan yang hanya mampu diatasi dengan usaha yang berat dan mantap dalam melatih batin kita.

Memang diakui amat sulit untuk meninggalkan kebiasaan berpikir dan berkelakuan, namun meditasi mampu membantu kita untuk mengatasi beban dari segala kesulitan hidup ini. Tujuan akhir dari meditasi Buddhis adalah untuk mencapai Kebijaksanaan Mutlak, Penguasaan diri sendiri dan Nibbana melalui penguasaan atas semua kotoran batin.

Namun terlepas dari tujuan utama tadi, ada keuntungan dan manfaat lain yang mampu diraih dengan meditasi. Ia mengilhami kita untuk menemukan kecerdasan, keluhuran alamiah kita dan bahwa kita berharga. Meditasi mampu meredakan syaraf, mengendalikan atau menurunkan tekanan darah, membuat kita santai dengan mengendorkan pemborosan tenaga akibat ketegangan syaraf, memperbaiki kesehatan dan menyegarkan badan.

Ia juga dapat merangsang kekuatan yang tersembunyi dari batin, membantu berpikir jernih, berpengertian mendalam, mempunyai batin yang seimbang dan tenang. Bahkan beberapa penyakit syaraf pun dapat disembuhkan. Kita dapat mempergunakan meditasi untuk mengatasi keadaan dalam emosi. Tekanan batin kebal akan efek sampingan dari obat-obatan. Meditasi menenangkan diri dan beberapa pengobatan yang lain dapat dipergunakan dengan berhasil terhadap beberapa penyakit kronis. Meditasi merupakan suatu proses kreatif yang bertujuan merubah perasaan yang kalut dan pikiran yang tidak baik menjadi harmonis dan murni. Ia merupakan cara pengobatan yang sangat berguna bagi problema dunia modern. Jika batin terlatih dengan meditasi maka ia akan mampu menangkap sesuatu yang berada di luar jangkauan pencerapan biasa. Semua manfaat ini dapat diperoleh dengan meditasi, tentu saja tidak langsung, namun bertahap melalui sistem yang sistematis.

Meditasi adalah cara hidup. Ia merupakan cara hidup yang menyeluruh, bukan hanya sebagian. Tujuannya adalah mengembangkan manusia seutuhnya. Marilah kita berusaha keras untuk menjadi sempurna dan tak usah menunggu zaman emas yang akan datang. Bukan tidak mungkin bagi kita untuk memperoleh apa yang benar-benar kita kehendaki dengan kemampuan batin yang ada pada diri kita yakni kekuatan yang luar biasa dari batin kita.

Meditasi adalah gejala istimewa kehidupan manusia dan oleh sebab itu, harus didekati dari sudut pandang manusiawi dengan perasaan manusiawi dan pengertian manusiawi. Problema kehidupan dan jalan keluarnya pada dasarnya bersifat kejiwaan. Meditasi yang sebenarnya tidak ada hubungan sama sekali dengan mistik. Mereka sangat berbeda. Sementara mistik membawa kita pergi dari kenyataan kama, meditasi mendekatkan kita pada kenyataan; sebab dengan meditasi kita akan mampu melihat khayalan dan halusinasi kita secara langsung. Ini membawa perubahan yang menyeluruh pada watak kita. Ini lebih merupakan suatu yang tidak dipelajari. Kita harus meninggalkan banyak hal yang telah kita pelajari dan anut dengan menyadari bahwa mereka hanya merupakan penghalang yang menggoda kita.